5 Brand Lokal Singapura yang Tawarkan Gaya Hidup Halal & Etis

Produk brand halal Singapura dengan desain modern dan etis yang mendukung gaya hidup muslim

Singapura sering diasosiasikan dengan efisiensi, kemajuan, dan ritme hidup yang cepat. Namun di balik gemerlap Marina Bay dan deretan butik mewah di Orchard Road, ada sisi lain kota ini yang jarang tersorot, ruang kecil tempat nilai, kejujuran, dan kesadaran berpadu indah dengan gaya hidup modern.

Bagi Lensa Jalan, perjalanan kali ini bukan tentang sekadar berfoto di spot ikonik atau mencoba kuliner viral. Lensa Jalan datang untuk melihat bagaimana konsep halal dan ethical living benar-benar diterapkan di jantung kota yang begitu maju.
 Dan ternyata, Singapura menyimpan banyak kisah menarik tentang brand-brand lokal yang tak hanya menjual produk, tetapi menawarkan cara hidup yang lebih bermakna, sebuah keseimbangan antara iman, kreativitas, dan kesadaran sosial.

Berikut lima brand lokal Singapura yang mencerminkan gaya hidup halal dan etis dengan cara yang inspiratif.

1. Working Title Café – Ruang Nyaman untuk Semua di Kampong Glam

Pagi itu, Lensa Jalan memulai hari di Kampong Glam, salah satu kawasan paling berwarna di Singapura. Udara pagi dipenuhi aroma kopi, kayu manis, dan roti panggang. Dinding-dinding penuh mural, toko-toko kecil berjejer rapi, dan suara musik jalanan berpadu dengan langkah para turis.

Di tengah suasana itu, ada satu tempat yang mencuri perhatian: Working Title Café. Terletak di 783 North Bridge Road, tidak jauh dari Masjid Sultan, kafe ini menjadi salah satu destinasi halal yang paling banyak direkomendasikan oleh traveler muslim maupun lokal.

Begitu masuk, suasananya mengingatkan Lensa Jalan pada kafe-kafe di Melbourne: interior industrial dengan dinding bata ekspos, meja kayu daur ulang, dan cahaya alami yang hangat menembus jendela besar. Seorang barista menyapa ramah,

“Semua bahan kami halal, tapi yang ingin kami tonjolkan adalah rasa dan pengalaman. Kami ingin siapa pun merasa diterima di sini.”

Lensa Jalan memesan cold brew khas Working Title. Rasanya kuat tapi lembut, dengan aroma kacang dan sedikit sentuhan gula aren yang memberi kesan manis alami. Di sekelilingnya, ada mahasiswa yang sibuk mengetik di laptop, turis berbincang pelan, hingga pasangan muda yang menikmati brunch.

Review TripAdvisor menulis:

“Great halal café in a creative space, perfect for brunch or lunch.”

Dan itu memang benar. Bagi Lensa Jalan, Working Title Café bukan hanya sekadar tempat ngopi halal, tapi simbol harmoni sosial, tempat di mana halal menjadi ruang inklusif bagi semua orang, tanpa sekat agama atau budaya.

2. Adlina Anis – Ketika Modest Fashion Menjadi Gaya Hidup Modern

Sumber: Singapore’s Best Online Hijab & Modest Clothing | Halal Hijab Online – ADLINA ANIS

Beberapa hari kemudian, Lensa Jalan beralih dari dunia kopi ke dunia fashion. Tujuannya kali ini adalah butik Adlina Anis, brand modest fashion asal Singapura yang sudah dikenal di berbagai media gaya hidup Asia.

Pendiri brand ini, Adlina Anis, dulunya seorang stylist yang kemudian berani melangkah menciptakan label sendiri. Visi utamanya sederhana namun kuat: menciptakan busana tertutup yang tetap terasa modern, elegan, dan nyaman dipakai sehari-hari.

Dalam wawancaranya dengan Her World, Adlina berkata:

“Kami tak hanya membuat pakaian tertutup. Kami menciptakan pakaian yang membuat perempuan merasa percaya diri dan nyaman, tanpa kehilangan nilai dan identitas.”

Lensa Jalan menyentuh langsung beberapa koleksi mereka, scarf satin lembut, dress longgar berpotongan modern, hingga outer pastel yang ringan di kulit. Tapi yang paling menarik perhatian adalah inovasinya:
 Earphone-Friendly Hijab, hijab dengan lubang kecil tersembunyi di sisi telinga yang memungkinkan pengguna tetap memakai earphone tanpa membuka hijab.

Ide sederhana itu viral, bahkan diliput oleh Vulcan Post dan Channel News Asia, menandakan bahwa modest fashion bisa bersatu dengan inovasi dan teknologi.

Saat mencoba salah satu scarf, Lensa Jalan merasakan kelembutan kain dan desain yang fungsional. Rasanya ringan, tak mengikat, tapi tetap membuat nyaman. Brand ini membuktikan bahwa berpakaian sopan bukan berarti membatasi diri, justru cara baru untuk mengekspresikan keanggunan modern.

3. SUFYAA – Tradisi Melayu, Sentuhan Modern

Setelah fashion urban modern, Lensa Jalan tertarik mengeksplorasi brand yang lebih berakar pada budaya lokal. Perjalanan membawa ke SUFYAA, label modest wear yang didirikan oleh Rina Tahar, seorang arsitek yang beralih profesi menjadi desainer busana.

SUFYAA punya misi yang indah, menggabungkan keanggunan tradisi Melayu dengan gaya modern. Dalam wawancaranya bersama CNA Lifestyle, Rina menjelaskan:

“Kami ingin menunjukkan bahwa kain tradisional seperti songket bisa tetap relevan dan elegan, bahkan di dunia fashion modern.”

Lensa Jalan sempat menyaksikan salah satu koleksinya di sebuah acara fashion lokal: dress panjang berbahan songket biru tua dengan detail minimalis pada bagian lengan. Bahannya terasa tegas namun halus, bukti ketelitian tangan para pengrajin.

Yang membuat SUFYAA berbeda adalah etika produksinya. Semua proses dilakukan secara bertanggung jawab dengan melibatkan pengrajin lokal. Mereka menolak konsep fast fashion dan memilih jalur slow design, menghargai waktu, tenaga, dan cerita di balik setiap potongan kain.

Sebagian hasil penjualannya bahkan disalurkan untuk kegiatan sosial perempuan di komunitas Muslim. Menurut laporan SalaamGateway, SUFYAA sudah menembus pasar internasional dan menjadi salah satu label modest fashion Singapura yang tampil di ajang global.

Bagi Lensa Jalan, SUFYAA adalah perwujudan nyata bahwa fashion bisa membawa perubahan sosial, bukan hanya tren.

4. Zahara – Kecantikan Halal yang Memberdayakan

Sumber: Zahara: Singapore’s Online Portal For Modern Muslim Women

Ketika berbicara tentang gaya hidup halal, tidak lengkap tanpa membahas dunia kecantikan. Di sinilah Zahara hadir, brand kosmetik lokal Singapura yang dikenal dengan produk halal, etis, dan inklusif.

Lensa Jalan pertama kali mengenal Zahara melalui artikel di Beauty Insider Singapore yang menempatkannya dalam daftar “Halal Beauty Brands in Singapore”. Produk unggulannya adalah nail polish dan lip cream halal-friendly yang wudhu-permeable, artinya air bisa menembus lapisan produk saat berwudhu.

Salah satu pengguna menulis ulasan di situs resminya:

“Akhirnya bisa memakai kuteks tanpa khawatir, rasanya menyenangkan karena tidak perlu kompromi antara kecantikan dan keyakinan.”

Kata-kata itu terasa sederhana tapi dalam. Zahara bukan hanya menjual produk, tapi memberikan rasa aman dan kebanggaan bagi perempuan muslim modern.

Saat mencoba lip cream warna “Boss Lady”, Lensa Jalan terkesan dengan teksturnya yang lembut, hasil matte yang tahan lama, dan aroma lembut yang feminin. Di kemasannya tertulis kalimat singkat namun bermakna:

“Made with love, cruelty-free & halal.”

Pendiri brand ini, Alia Khan, menulis di laman resmi:

“Kami percaya semua perempuan berhak merasa cantik tanpa mengorbankan nilai.”

Dan di situlah esensi Zahara, kecantikan yang tidak sekadar tampak di luar, tapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dari dalam.

5. CO&Qitt – Modest Wear dan Aroma Rumah yang Hangat

Sumber: CO&Qitt: Creating Modest Fashion and Home Fragrance in Singapore – Singapore Biz-journal

Brand terakhir yang menarik perhatian Lensa Jalan justru berasal dari dunia gaya hidup yang unik, perpaduan antara modest wear dan home fragrance.

CO&Qitt adalah label gaya hidup asal Singapura yang mengedepankan kenyamanan, baik untuk tubuh maupun ruang tempat kita beristirahat. Artikel di Singapore Biz Journal menulis bahwa CO&Qitt “menciptakan modest fashion modern dan aroma rumah yang menenangkan,” dua hal yang mungkin tampak berbeda tapi ternyata bisa menyatu dalam satu filosofi: kedamaian.

Bayangkan butik kecil dengan pencahayaan lembut, rak pakaian berwarna pastel, dan sudut ruangan dengan meja kayu tempat lilin aromaterapi menyala. Lensa Jalan memegang salah satu botol diffuser mereka, aromanya memadukan vanila, kayu, dan sedikit rempah. Hangat, menenangkan, dan memberi kesan rumah yang hidup.

Pendiri CO&Qitt pernah berkata:

“Kami ingin pelanggan merasa damai, tidak hanya saat memakai produk kami, tapi juga ketika pulang ke rumah.”

Konsep sederhana ini membuat Lensa Jalan merenung bahwa gaya hidup halal dan etis bukan hanya tentang apa yang kita konsumsi atau kenakan, tapi juga tentang suasana yang kita ciptakan, untuk diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Matahari sore perlahan tenggelam di Kampong Glam. Lensa Jalan duduk di trotoar depan Masjid Sultan, menyesap sisa kopi dari Working Title Café yang sudah mulai dingin. Suara azan Maghrib berkumandang lembut di antara cahaya lampu jalan.

Di kota yang serba cepat ini, Lensa Jalan belajar untuk berjalan pelan, memperhatikan hal-hal kecil yang sering terlewat: aroma kopi, kain songket, warna lipstik, hingga nyala lilin di rumah kecil. Semua itu punya satu benang merah: niat baik dan kesadaran.

Halal bukan hanya tentang apa yang kita makan,
Etis bukan sekadar tentang bahan yang kita pakai,
Tapi tentang cara kita memandang hidup, dengan rasa hormat, tanggung jawab, dan ketenangan.

Dan lima brand ini telah membuktikan, bahwa bahkan di tengah modernitas Singapura, nilai masih punya tempat, dan mungkin, di situlah letak keindahan sesungguhnya.

Leave a Reply

Proceed Booking