Singapura bukan cuma tentang kemewahan Marina Bay Sands atau futuristik nya Gardens by the Bay. Kalau kamu mencari perpaduan antara sejarah, seni, wisata belanja murah, dan kuliner halal, maka Bugis adalah jawabannya.
Sebagai kawasan yang ditetapkan sebagai Arts & Heritage District, Bugis menawarkan pengalaman yang lebih “membumi” dan berwarna. Berdasarkan data dari Singapore Tourism Board (STB), kawasan cultural precinct seperti Kampong Glam (area Bugis) mengalami peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 30% pasca pandemi. Ini membuktikan bahwa wisatawan kini mencari pengalaman budaya yang autentik, bukan sekadar belanja barang mewah.
Jujur saja, saat Lensa Jalan terakhir kali menapakkan kaki keluar dari MRT Bugis, atmosfernya langsung berbeda. Suasana ramai pasar berpadu dengan suara azan dari kejauhan memberikan nuansa yang unik.
Mengapa Bugis Wajib Masuk Itinerary Kamu?
Sebelum masuk ke daftar kegiatan, kamu perlu tahu kenapa tempat ini spesial.
- Surganya belanja di Singapura dengan harga yang terjangkau. Jauh dibawah Orchard.
- Bugis dikenal ramah Muslim, pusat makanan halal terbaik di Singapura ada di sini.
- Banyak spot instagramable, salah satunya di Haji Lane yang merupakan runway bagi para fotografer.
- Banyak wisata seni dan edukasi, karena dekat dengan Bras Basah. Kamu bisa mengunjungi museum keren.
7 Kegiatan Seru di Bugis Singapura
Nah, sekarang Lensa Jalan mau kasih tau 7 kegiatan seru yang bisa kamu lakukan seharian di Bugis Singapura:
1. Berburu Oleh-Oleh Murah di Bugis Street Market

Sumber: Property Guru
Aroma jus buah segar dan suara tawar menawar langsung menyambut begitu melangkah keluar dari Stasiun MRT Bugis (Exit C). Selamat datang di Bugis Street Market, destinasi wajib bagi kamu pemburu oleh-oleh hemat di Singapura.
Tentu saja Lensa Jalan kesini untuk mencari souvenir ikonik tanpa membuat dompet menjerit. Menyusuri lorong-lorong sempit di lantai dasar, mata Lensa Jalan langsung dimanjakan oleh warna-warni gantungan kunci, tempelan kulkas, hingga kaos bertuliskan Singapore.
Di sini, konsep “3 for SGD 10” (tiga barang seharga 10 dolar) adalah raja. Lensa Jalan sempat kalap memborong coklat berbentuk Merlion dan tote bag kanvas yang artistik. Rasanya seperti menemukan harta karun di tengah kota metropolitan yang serba mahal. Namun, pengalaman terbaik justru terjadi saat memberanikan diri naik ke lantai dua dan tiga.
Berbeda dengan lantai dasar yang panas dan padat, lantai atas menawarkan suasana yang lebih sejuk, ya tempat ini ber AC! Banyak barang-barang yang lebih fashionable juga. Lensa Jalan menemukan toko-toko baju ala streetwear dan aksesori unik yang jarang ditemukan turis biasa. Harganya? Masih sangat masuk akal dan seringkali bisa ditawar tipis kalau kamu membeli dalam jumlah banyak.
Pulang dengan tangan penuh kantong belanjaan tanpa membuat saldo tabungan terkuras adalah kepuasan tersendiri. Bugis Street memang benar-benar tempat oleh-oleh yang cocok buat turis.
3 Tips “Penyelamat” Saat Belanja di Bugis Street ala Lensa Jalan:
- Siapkan Uang Tunai (Cash is King). Meskipun Singapura sudah modern, banyak pedagang kecil di sini yang lebih menyukai uang tunai, terutama untuk transaksi nominal kecil di bawah SGD 20.
- Bawa Kipas Portable. Lorong di lantai dasar sirkulasi udaranya cukup minim dan sangat padat manusia. Kipas kecil akan sangat membantu menjaga mood kamu tetap baik.
- Jangan Beli di Toko Pertama. Seringkali barang yang sama dijual dengan harga 1-2 dolar lebih murah di toko bagian belakang atau lantai atas. Cek harga dulu, baru beli!
2. Foto Aesthetic di Haji Lane
Meninggalkan kemegahan gedung pencakar langit Singapura, Lensa Jalan berbelok ke sebuah gang sempit yang seolah membawa ke dimensi lain. Selamat datang di Haji Lane, kanvas raksasa bagi para seniman jalanan dan surga bagi pemburu konten instagramable.
Saat melangkahkan kaki menyusuri jalan ini, mata Lensa Jalan tak henti-hentinya dimanjakan oleh ledakan warna. Dinding-dinding ruko tua disulap menjadi mahakarya mural yang hidup, mulai dari motif Aztec yang rumit hingga potret wajah bergaya pop art yang ikonik.
Lensa Jalan berhenti sejenak di depan restoran Piedra Negra, di mana mural wajah besar berwarna cerah menjadi latar belakang favorit para turis. Jujur saja, suasananya sangat hidup. Di sini, setiap sudut bercerita. Bukan hanya soal dinding, tapi juga deretan butik indie dan kafe hipster dengan jendela kayu vintage yang dicat pastel, menciptakan kontras yang cantik dengan birunya langit Singapura.
Pengalaman di Haji Lane bukan sekadar memotret, tapi merasakan denyut nadi seni Singapura yang raw dan otentik. Rasanya kurang sah ke Bugis kalau belum punya setidaknya satu foto OOTD di gang legendaris ini.
Tips Agar Hasil Foto Kamu Maksimal di Haji Lane:
- Gunakan Lensa Wide (Lebar)
Gang ini sangat sempit. Jika kamu menggunakan kamera HP, gunakan mode 0.5x atau lensa wide supaya kamu bisa menangkap kemegahan mural secara utuh tanpa terpotong.
- Datang Sebelum Pukul 10.00 Pagi
Ingin foto bersih tanpa kerumunan orang di belakangmu? Datanglah pagi hari saat toko-toko belum buka. Pencahayaan pagi juga lebih lembut dan natural untuk wajah.
- Pakai Baju Polos
Karena latar belakang mural sudah sangat ramai dan berwarna-warni, sebaiknya gunakan pakaian berwarna polos (putih, hitam, atau warna bumi). Jadi kamu tetap stand out dan tidak “tenggelam” dalam foto.
3. “Zen Break” di Waterloo Street

Sumber: Singapore heritage
Setelah berdesakan di Bugis Street dan berburu foto aesthetic di Haji Lane, tubuh dan pikiran butuh rehat sejenak. Beruntung, kawasan Bugis menyimpan oasis ketenangan yang sering terlewat, Waterloo Street.
Berjalan kaki beberapa menit dari ramainya perbelanjaan, Lensa Jalan tiba di jalan ini dan suasana langsung berubah drastis. Tiba-tiba saja, suara azan dari Kampong Gelam berpadu dengan aroma dupa hio yang kuat, menciptakan atmosfer yang khusyuk dan damai. Ini adalah Zen Break yang sesungguhnya.
Fokus utama di sini adalah Kuil Kwan Im Thong Hood Cho. Kuil Buddha Tiongkok yang bersejarah ini dipenuhi lampion merah dan detail arsitektur tradisional yang megah. Ribuan peziarah silih berganti memanjatkan doa, dan energi ketenangannya menular.
Menariknya, tepat di sebelah Kuil Kwan Im terdapat Kuil Sri Krishnan (Hindu), sebuah simbol nyata dari kerukunan multikultural Singapura. Menyaksikan umat dari berbagai latar belakang beribadah berdampingan adalah pengalaman kultural yang mendalam, jauh dari kesan glamor Singapura pada umumnya.
Lensa Jalan hanya duduk sebentar di bangku marmer di luar Kuil. Tanpa perlu beribadah, hanya mengamati arsitektur dan mendengarkan keheningan di antara doa, stress akibat keramaian pasar langsung menguap. Wajib kamu coba jika ingin menjauh sejenak dari panasnya matahari dan kerumunan.
Tips Saat Mengunjungi Waterloo Street:
- Hormati Area Ibadah
Meskipun kamu hanya berniat melihat-lihat, pastikan kamu berpakaian sopan yang menutup bahu dan lutut saat memasuki kompleks Kuil.
- Siapkan Uang Receh
Di sepanjang jalan, kamu akan menemukan banyak pedagang bunga, persembahan, dan ramalan. Kalau kamu ingin berpartisipasi atau sekadar membeli air mineral, transaksi akan lebih cepat dengan uang tunai pecahan kecil (SGD 1 atau SGD 2).
- Waktu Terbaik
Kunjungi saat sore hari menjelang matahari terbenam. Cahayanya akan membuat lampion-lampion Kuil terlihat sangat dramatis dan indah untuk diabadikan.
4. Wisata Museum National Museum of Singapore

Sumber: NHB GOV SG
Lensa Jalan juga mencoba ke kawasan Bras Basah. Tujuannya adalah pergi ke National Museum of Singapore. Ini adalah “istirahat” sempurna dari panasnya Singapura, sekaligus mengisi otak dengan sejarah yang inspiratif. Cocok buat kamu yang penyuka Galeri dan Museum.
Begitu melangkah masuk, arsitektur kolonialnya yang megah dan dinginnya udara AC langsung membuat Lensa Jalan terkesima. Museum ini bukan hanya tumpukan benda tua, melainkan sebuah rumah cerita yang didukung teknologi modern.
Fokus utama Lensa Jalan adalah Singapore History Gallery, sebuah galeri yang menceritakan kisah Singapura dari abad ke-14 hingga menjadi negara maju seperti sekarang. Rasanya seperti perjalanan waktu sungguhan. Kamu akan diajak menyaksikan perjuangan, optimisme, dan transformasi drastis Singapura, mulai dari era kolonial hingga kemerdekaan yang dramatis.
Yang paling membekas adalah penggunaan teknologi audio visual dan lighting yang sangat apik. Sejarah disajikan bukan secara kaku, tapi sangat emosional dan mudah dicerna. Lensa Jalan menghabiskan hampir dua jam hanya di galeri utama, dan itu sangat sepadan dengan harga tiketnya. Tempat ini benar-benar memberikan perspektif baru tentang ambisi sebuah bangsa.
National Museum of Singapore buka setiap hari, dari jam 10.00 sampai 18.30. Tiket masuk kesini mulai dari Rp300.000an. Sayangnya museum ini ditutup sementara karena renovasi, dan akan kembali buka Oktober 2026.
Sumber: NHB GOV SG
Tips Agar Kunjungan ke Museum Lebih Efektif:
- Prioritaskan Singapore History Gallery
Kalau waktu kamu terbatas, langsung menuju galeri ini terlebih dahulu karena ini adalah inti dari pengalaman di museum.
- Cek Pameran Temporer
Museum ini sering mengadakan pameran temporer yang sangat unik. Cek situs resmi mereka sebelum datang, siapa tahu ada pameran yang sesuai minatmu.
- Transportasi
Dari Stasiun MRT Bugis, kamu bisa jalan kaki sekitar 10-15 menit menuju museum, melewati perpustakaan National Library. Atau, kamu bisa naik satu stasiun MRT ke Bras Basah (Exit B), lalu jalan kaki singkat.
5. Kulineran Murtabak Legendaris
Sumber: Youtube @havehalalwilltravel3976
Setelah seharian berkeliling, perut langsung mengirim sinyal darurat. Untungnya, tepat di seberang Masjid Sultan, terhampar surga kuliner halal yang paling ramai, kawasan Murtabak legendaris.
Di sini, kamu akan disambut oleh duel abadi antara Zam Zam dan Victory Restaurant. Suasananya sangat hidup, penuh dengan wisatawan dan masyarakat lokal. Terdengar bunyi cesss adonan yang dipanggang dan aroma kari yang rich langsung membuat air liur menetes dari kejauhan.
Lensa Jalan memutuskan mencoba Murtabak Daging Rusa di salah satu kedai. Momen ketika piring diletakkan di meja adalah pengalaman tersendiri. Potongannya tebal, berisi penuh daging berbumbu rempah, dan kulitnya terlihat flaky (berlapis dan renyah).
Satu gigitan, dan Lensa Jalan langsung tahu mengapa tempat ini legendaris. Teksturnya yang renyah berpadu sempurna dengan isian daging yang juicy. Namun, bintangnya adalah kuah kari pendampingnya. Rasanya otentik, sedikit pedas, dan benar-benar melengkapi cita rasa Murtabak. Jangan lupa pesan Teh Tarik dingin sebagai penyeimbang!
Ini bukan sekadar makan, tapi ritual wajib wisata kuliner halal di Singapura yang tidak boleh kamu lewatkan.
Tips Memesan Murtabak Agar Tidak Kalap:
- Hati-hati dengan Porsi
Murtabak di sini tersedia dalam berbagai ukuran (Small, Medium, Large). Percayalah, porsi Small pun sudah sangat besar dan cukup untuk dinikmati oleh 1 sampai 2 orang dewasa. Jangan sampai kamu salah pesan porsi Large jika hanya berdua!
- Coba Varian Unik
Selain Murtabak Ayam atau Sapi, cobalah varian Murtabak Rusa yang jarang ditemukan di Indonesia. Rasanya unik dan otentik.
- Waktu Kunjungan
Hindari jam makan siang puncak, sekitar jam 12.00 sampai jam 14.00 dan saat sholat Jumat, kalau kamu ingin mendapatkan tempat duduk tanpa antre terlalu lama.
6. Melipir ke National Library (Bras Basah)
Sumber: Youtube NLB Singapore
Singapura memang indah, tapi panasnya sering kali menguras energi. Setelah berpanas-panasan di Bugis Street, Lensa Jalan mencari tempat yang bisa memberikan recharge gratis. Jawabannya ada di National Library Singapore, yang berlokasi strategis di kawasan Bras Basah, hanya sekitar 6 menit jalan kaki dari Bugis Junction.
Begitu melangkah masuk, udara sejuk yang kontras dengan suhu luar langsung menyambut. Ini adalah tempat terbaik untuk beristirahat tanpa harus membeli apa pun. Bangunannya modern dengan kaca-kaca besar yang memancarkan cahaya alami.
National Library bukan hanya soal buku, tapi adalah tempat untuk menikmati ketenangan. Lensa Jalan sarankan kamu langsung naik ke lantai atas, tepatnya ke area Lee Kong Chian Reference Library. Suasananya sangat hening, dipenuhi mahasiswa dan pekerja.
Lensa Jalan memilih duduk di dekat jendela besar di lantai 11. Lensa Jalan tidak membaca buku, tapi hanya menikmati pemandangan kota dan suasana tenang. Melihat orang-orang yang sibuk dengan buku mereka memberikan energi baru untuk melanjutkan perjalanan. Tempat ini membuktikan bahwa istirahat terbaik kadang kala datang dari keheningan.
National Library Singapore buka setiap hari jam 10.00 – 21.00.
Sumber: NLB Singapore
Tips Agar Kunjungan ke Perpustakaan Maksimal:
- Gratis Masuk
Kamu tidak perlu menjadi anggota untuk menikmati suasana, udara sejuk, dan mengakses area referensi di lantai atas. Masuknya benar-benar gratis!
- Cek Lantai Atas
Area terbaik untuk bersantai adalah lantai referensi. Selain lebih tenang, kamu juga bisa melihat interior arsitektur perpustakaan yang megah dari ketinggian.
- Hormati Keheningan
Karena ini adalah tempat belajar, pastikan mode silent pada ponsel kamu aktif. Anggap saja ini adalah meditasi singkat sebelum kembali ke keramaian kota.
Tips Transportasi Menuju Bugis Anti Nyasar
- Naik MRT jalur East-West Line (Hijau) atau Downtown Line (Biru).
- Turun di stasiun Bugis (DT14/EW12).
- Exit C atau D untuk langsung menuju Bugis Junction dan Bugis Street Market.
- Exit B kalau kamu ingin berjalan kaki menuju Raffles Hospital atau arah Haji Lane
FAQ Seputar Wisata Bugis
Q: Apakah makanan di Bugis Street halal?
A: Tidak semua makanan di dalam pasar Bugis Street halal. Namun, jika kamu berjalan ke arah Kampong Gelam/Arab Street (belakang Bugis Junction), hampir semua restorannya halal.
Q: Jam berapa Bugis Street buka?
A: Toko-toko biasanya mulai buka pukul 11.00 siang dan tutup sekitar pukul 22.00 malam. Datanglah sore hari untuk suasana yang lebih hidup.
Q: Bugis dekat dengan tempat wisata apa lagi?
A: Bugis sangat dekat dengan Little India yang bisa kamu tempuh dengan jalan kaki atau 1 stasiun MRT, dan area Bras Basah (Museum Nasional).
Kesimpulan
Bugis adalah destinasi paket lengkap. Kamu bisa mendapatkan pengalaman belanja murah, kenyamanan wisata halal, dan kedalaman budaya dalam satu area.
Saran Lensa Jalan, alokasikan waktu minimal setengah hari, dari siang sampai malam di sini. Mulailah dengan belanja di Bugis Street, mengunjungi museum atau tempat ibadah, foto sore di Haji Lane, dan tutup dengan makan malam Murtabak.
Sudah siap menjelajahi Bugis?