Singapura mungkin dikenal dengan gedung pencakar langit dan kemewahannya. Namun, ada satu sudut kota yang selalu berhasil membuat hati Lensa Jalan hangat, yaitu Kampong Glam. Bukan sekadar distrik warisan, Kampong Glam adalah kanvas hidup tempat masa lalu Melayu yang megah bertemu dengan seni jalanan hipster masa kini.
Buat kamu yang mau ke Singapura, jangan lewatkan wisata budaya satu ini. Gak hanya menarik untuk dijelajahi, tetapi makanan yang ditawarkan gak kalah menarik perhatian.
Mengapa Kampong Glam Harus Masuk Itinerary?
Hal pertama yang selalu mencuri perhatian saat tiba di Kampong Glam adalah Masjid Sultan yang ikonik di Jalan Muscat. Kubah emasnya yang berkilauan adalah simbol keagungan sejarah Melayu Muslim di Singapura.
Saat Lensa Jalan berdiri di Bussorah Street yang tenang, sambil melihat shophouse berjejer rapi menuju masjid, rasanya seperti melangkah mundur ke masa Kesultanan. Walau kini jalanan sudah dipenuhi turis, arsitektur yang terawat apik mengingatkan pada peran Kampong Glam sebagai pusat komunitas Melayu, Arab, dan Bugis yang didirikan oleh Sir Stamford Raffles pada abad ke-19.
Menurut Singapore Tourism Board (STB), meskipun Kedatangan Wisatawan Global ke Singapura sempat fluktuatif (seperti yang tercatat mencapai puncak tertinggi 1,8 juta pada Juli 2019 sebelum pandemi), kawasan Kampong Glam secara konsisten menjadi salah satu Heritage Precinct dengan tingkat kunjungan tertinggi, menandakan warisan budayanya yang kuat terus menarik perhatian global, terutama dari Indonesia.
Haji Lane dan Gelam Gallery: Tempat Budaya Bertemu Tren

Kalau Masjid Sultan adalah jiwa sejarah Kampong Glam, maka Haji Lane adalah nadinya yang paling bersemangat dan seni banget.
Mungkin bagi beberapa orang hanya menyebut Haji Lane sebagai tempat belanja butik. Tapi, buat Lensa Jalan, Haji Lane adalah galeri seni jalanan terbuka paling vibrant di Asia Tenggara.
Ketika menyusuri lorong sempit ini, setiap dinding bercerita. Mural-mural dengan warna-warna neon, karakter pop-art, hingga gambar-gambar yang menyentil isu sosial menciptakan latar belakang foto yang tak ada habisnya. Ini adalah spot wajib bagi kamu yang ingin foto OOTD keren.
Tips dari Lensa Jalan, jangan cuma fokus di Haji Lane! Kamu wajib menjelajahi Gelam Gallery di Muscat Street. Ini adalah galeri luar ruangan permanen pertama di Singapura yang memajang karya seni jalanan dari seniman lokal dan internasional. Mural di sini sering diperbarui, jadi setiap kunjungan akan memberikan kejutan visual baru! Cocok banget khususnya buat traveller yang suka seni dan budaya.
Pengalaman Kuliner Otentik Halal, Dari Murtabak hingga Teh Tarik
Sebagai wisatawan Muslim atau pencinta kuliner otentik, Kampong Glam adalah surganya makanan halal. Di sini, kamu bisa menemukan hidangan yang sangat akrab di lidah Indonesia.
1. Mencicipi Murtabak Legendaris

Kunjungan Lensa Jalan gak pernah lengkap tanpa mampir ke Zam Zam Singapore di North Bridge Road. Restoran bersejarah ini terkenal dengan Murtabaknya.
Saya memesan Murtabak Daging Domba ukuran kecil. Kulitnya renyah, tetapi bagian dalamnya juicy dan padat dengan isian daging domba yang kaya bumbu kari. Saus kari pendampingnya kental dan pedasnya pas, menyeimbangkan kekayaan rasa daging.
Tempatnya ramai dan old-school, mencerminkan sejarahnya yang panjang. Ini bukan fine dining, tapi pengalaman makan yang otentik dan hangat.
2. Kopi Arab di Arab Street
Setelah kekenyangan Murtabak, geser sedikit ke Arab Street. Selain karpet dan kain sutra, kamu bisa menemukan kedai-kedai kecil yang menjual attar atau parfum non-alkohol dan Arabian coffee.
Lensa Jalan mencoba kopi dari salah satu stall di sana. Kopi Arab yang sering disajikan tanpa gula, diseduh dengan kapulaga. Terasa ringan, harum rempah, dan memberikan rasa hangat. Sangat berbeda dengan kopi modern, cara yang sempurna untuk menikmati suasana perdagangan tradisional Timur Tengah di kawasan ini.
Oh ya, selain Murtabak, cobalah Nasi Ambeng atau Nasi Padang di area Sultan Gate untuk rasa Melayu Jawa yang otentik.
Berburu Harta Karun di Lorong-Lorong
Kampong Glam adalah tempat terbaik untuk berbelanja produk unik, yang bisa kamu jadikan souvenir atau oleh-oleh untuk orang yang menunggumu pulang. Berikut panduan yang bisa Lensa Jalan berikan dari hasil pengamatan selama menyusuri area ini.
- Arab Street

Begitu melangkah ke Arab Street, suasananya langsung berubah. Udara wangi rempah dan parfum attar menyeruak dari setiap toko. Musik Arab lembut mengalun, dan deretan shophouse warna pastel memajang berbagai barang yang jarang kamu temukan di mall besar.
Disini kamu bisa membeli barang unik seperti minyak Attar asli, kain tenun dan sutra Timur Tengah, dan berbagai dekorasi dengan nuansa Arab.
Lensa Jalan sempat mampir ke salah satu toko kecil bernama Sifr Aromatics. Di sana dijual minyak attar tanpa alkohol, dengan aroma seperti mawar, oud, dan amber. Pemilik tokonya bahkan menjelaskan bagaimana mereka meracik minyak ini secara tradisional. Wanginya lembut tapi tahan lama, cocok banget buat oleh-oleh nih!
Lensa Jalan mendapatkan informasi, kalau kain-kain disini dibuat secara manual di India. Seperti ada sejarah dalam selembar kain ya. Tapi kali ini kami skip untuk membeli, karena sudah terlanjur membeli minyak Attar.
Kalau kamu suka dekorasi rumah, di Arab Street banyak toko menjual lampu gantung mozaik, vas tembaga, hingga karpet Persia mini. Saat Lensa Jalan melihat pantulan cahaya dari lampu-lampu itu, suasananya seperti berada di bazaar Istanbul. Harganya bervariasi, mulai dari puluhan hingga ratusan dolar, tapi bisa ditawar dengan sopan tentunya.
Kalau kesini siapkan uang tunai ya, karena beberapa toko masih tidak menerima pembayaran dengan kartu atau digital.
- Haji Lane
Suasana Haji Lane seperti berjalan di antara galeri seni terbuka yang hidup. Dindingnya penuh mural, musik indie mengalun dari kafe kecil, dan di setiap sudutnya ada toko-toko mungil yang menjual barang-barang unik yang nggak bisa kamu temukan di mall besar.
Salah satu toko yang menarik perhatian saya adalah Craft Assembly, butik yang menjual pakaian desainer lokal, jaket denim handmade, dan aksesori daur ulang. Saat memegang salah satu tote bag kanvas mereka, saya bisa merasakan tekstur khas buatan tangan. Gaya yang dijual di sini berani, kreatif, dan penuh kepribadian. Sebagai penggemar barang handmade, Lensa Jalan gak tahan untuk membawanya pulang.
Di sepanjang jalan juga banyak butik kecil yang menjual kalung, cincin, dan gelang handmade. Lensa Jalan coba mampir ke toko bernama Soon Lee yang interiornya minimalis, tapi produknya luar biasa detail. Ada juga parfum artisan dengan aroma citrus dan kayu yang dibuat oleh pengrajin lokal. Wangi dan tampilannya bikin kamu susah move on.
Beberapa toko di Haji Lane juga menjual barang koleksi edisi terbatas, mulai dari kamera analog jadul, poster musik retro, sampai dekorasi dinding dari kayu daur ulang. Lensa Jalan sempat membeli postcard art buatan seniman lokal, bergambar mural khas Singapura. Murah, ringan, dan penuh makna.
- Jalan Pinang & Sultan Gate

Lensa Jalan melanjutkan perjalanan menelusuri Jalan Pinang dan Sultan Gate, dua ruas jalan kecil di kawasan Kampong Glam, Singapura, yang ternyata menyimpan banyak kejutan. Begitu melangkah ke area ini, suasananya berubah. Ada aroma dupa dan kopi Arab bercampur, musik lembut dari toko-toko kecil terdengar, dan di setiap jendela shophouse ada barang-barang unik yang menggoda mata.
Di Jalan Pinang, Lensa Jalan masuk ke salah satu toko parfum tradisional bernama Jamal Kazura Aromatics. Tempatnya kecil tapi terkesan magis. Raknya penuh botol kaca berisi minyak attar dan essential oil dengan aroma khas Timur Tengah dari mawar, amber, hingga oud.
Pemilik tokonya menjelaskan perbedaan antara minyak asli dan campuran sintetis. Lensa Jalan mencoba satu tetes white musk di pergelangan tangan, wanginya halus, tahan lama, dan elegan. Rasanya seperti membawa pulang sepotong identitas Arab ke rumah.
Beberapa langkah dari situ, ada butik tekstil yang menjual kain sutra, batik, dan songket modern hasil karya desainer lokal. Saya sempat menyentuh salah satu kain bercorak emas lembut, dan penjualnya menjelaskan bahwa sebagian besar motifnya terinspirasi dari pola arsitektur Masjid Sultan. Bukan sekadar kain, tapi seni yang bercerita.
Di ujung jalan, tepat di area Sultan Gate, Lensa Jalan menemukan sebuah galeri seni kecil bernama Aliwal Arts Centre. Bangunannya klasik, tapi di dalamnya penuh karya kontemporer: lukisan, patung mini, dan produk kriya modern. Lensa Jalan menemui seniman muda yang menjual lukisan kecil bertema “Urban Melayu”, hasil perpaduan antara budaya tradisional dan gaya modern Singapura.
Selain itu, di sekitar Sultan Gate juga banyak toko kecil yang menjual barang dekorasi handmade, seperti lampu mozaik, dompet kulit, hingga handcrafted jewelry. Setiap toko punya sentuhan personal, kamu akan sulit menemukan dua barang yang benar-benar sama.
FAQ
Q: Apa waktu terbaik untuk mengunjungi Kampong Glam?
Waktu terbaik adalah sore hari menjelang malam, jam 16.00 sampai jam 20.00. Kamu bisa menikmati golden hour di Masjid Sultan, berfoto di Haji Lane saat tidak terlalu panas, dan menikmati makan malam yang ramai dan vibrant saat toko-toko mulai memasang lampu hias mereka.
Q: Apakah Kampong Glam mudah diakses dengan transportasi umum?
Ya, sangat mudah. Kamu bisa turun di Stasiun MRT Bugis (Jalur Hijau atau Downtown) dan berjalan kaki sekitar 5-10 menit menuju Masjid Sultan dan Haji Lane. Stasiun MRT Nicoll Highway juga dekat.
Q: Apakah makanan di Kampong Glam semuanya halal?
Sebagian besar restoran di kawasan inti (sekitar Masjid Sultan, Bussorah Street, dan Arab Street) menyajikan makanan halal karena fokus warisan Muslim di daerah tersebut. Namun, selalu periksa sertifikasi atau tanyakan kepada staf untuk memastikan, terutama di beberapa kafe dan bar di Haji Lane.
Q: Berapa lama waktu yang ideal untuk menyusuri Kampong Glam?
Idealnya, sisihkan waktu setengah hari atau 4 sampai 5 jam. Waktu yang cukup untuk mengagumi Masjid Sultan, mengunjungi Malay Heritage Centre (Istana Kampong Glam), berburu di Haji Lane dan Arab Street, dan sekaligus makan besar disana.
Kesimpulan
Kampong Glam adalah permata Singapura yang menawarkan perpaduan langka antara Warisan Budaya Melayu yang sakral, Seni Jalanan yang Edgy, dan Kuliner Halal Otentik yang memuaskan. Ini adalah tempat yang wajib kamu kunjungi, bukan hanya sebagai turis, tetapi sebagai seorang petualang yang ingin merasakan vibe multikultural Singapura yang sebenarnya.
Kawasan ini juga cocok untuk segala traveller, mulai dari kaum backpacker, liburan bersama teman dan keluarga, karena termasuk kawasan ramah anak. Hanya siapkan stroller atau sejenisnya ya supaya anak tidak capek.
Jadi gimana? Tertarik berpetualang di sisi lain Negara yang penuh aturan ini? Buat kamu yang sudah pernah menyusuri Kampong Glam, share dong apa yang membuat kamu betah berada disana?
